Menasihati anak adalah hal yang wajib kita lakukan sebagai
orang tua, ketika anak melakukan suatu kesalahan atau perbuatan/perkataan yang
kurang tepat, agar anak bisa terarah pada perbuatan maupun perkataan yang
benar. Tentu kita perlu memperhatikan cara menasihati anak, agar anak bisa
menerima nasihat yang kita sampaikan. Kita bisa mencontoh Nabi Muhammad SAW.
Nabi kita adalah orang yang mengetahui hakikat jiwa manusia
dengan berbagai macam seluk-beluk dan kecenderungannya. Beliau adalah seorang
yang sangat berpengalaman untuk menundukkannya
beliau terkadang memakai pujian untuk memberikan dorongan semangat atau
menggugah perasaan agar jiwa yang bersangkutan merespons dan mau melaksanakan
nasihatnya dengan suka rela tanpa ada paksaan dan senang tanpa ada rasa takut.
Ibnu Umar berkata, "Pada masa Rasulullah, ketika aku
masih muda dan belum menikah, aku sering tidur di masjid. Dalam tidurku, aku
bermimpi seakan-akan ada dua malaikat yang membawaku ke neraka." Ibnu Umar
melanjutkan kisahnya, "Kami didatang oleh oleh malaikat lain yang berkata
, 'Kamu jangan takut'.
Selanjutnya, dia menceritakan mimpinya itu kepada Hafshah
kemudian Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah. Maka beliau bersabda,
sebaik-baik lelaki adalah Abdullah seandainya ia mengerjakan salat
malam'."
Sejak saat itu Abdullah bin Umar selalu mengerjakan shalat
malam dan hanya tidur sebentar. Pujian yang dikemukakan oleh Nabi ternyata
dapat memotivasi dirinya untuk mengerjakan sholat malam secara kontinu.
Al Ghazali menjelaskan, " Apabila dalam diri seorang
anak terlihat akhlak yang baik dan perbuatan yang terpuji, hendaklah ia
dihormati, diberikan imbalan kepadanya sesuatu yang dapat menyenangkan dan
dipuji di hadapan orang banyak guna menyemangatinya untuk melanjutkan akhlak
yang mulia dan perbuatan terpujinya.
Al Ghazali menjelaskan, "Apabila dalam diri seorang
anak terlihat akhlak yang baik dan perbuatan yang terpuji, hendaklah ia
dihormati, diberikan imbalan kepadanya sesuatu yang dapat menyenangkan dan
dipuji di hadapan orang banyak guna menyemangatinya untuk melanjutkan akhlak
yang mulia dan perbuatan terpujinya.
Apabila sang anak melakukan hal yang bertentangan dengan apa
yang telah disebutkan di atas dan di sisi lain ia berupaya keras untuk
menyembunyikannya, hendaklah sang pendidik berpura-pura seakan tidak mengetahui
sesuatu pun yang dilakukannya agar si anak tidak merasa malu dengan
kesalahannya. Apabila ternyata si anak mengulangi kesalahannya hendaknya ia
ditegur secara rahasia, dijelaskan akibat kekeliruannya, dibimbing ke arah yang
benar, dan diperingatkan agar tidak mengulangi lagi kekeliruannya."
Sumber : Buku Islamic Parenting karya Syaikh Jamal
Abdurrahman (Penerbit Aqwam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar